Empat Sehat, Lima Sempurna, Tiga Belas Luar Biasa: Sebuah Catatan Seorang Fangirl Avatar: The Last Airbender (30 Hari Menulis #22)
Ketika membaca tema untuk hari ini, yaitu tiga belas alasan untuk menyukai/tidak menyukai sebuah buku/film, persona fangirl di dalam diri saya menyeruak. "Tulis tentang ATLA!" katanya. Tapi ATLA itu serial televisi, bukan buku atau film. "Saya tidak peduli!" aumnya, "TULIS TENTANG ATLA!"
Jadi maafkan ya kalau kami melanggar aturan sedikit. Sudah terlalu lama saya tidak mengutarakan cinta saya tentang Avatar: The Last Airbender terhadap dunia.
1. Ceritanya kaya
Serial yang tayang dari 2005-2008 ini bercerita tentang Aang, seorang anak berumur 112 tahun (tenang, kamu tidak salah baca kok) yang berpetualang mengelilingi dunia dengan teman-temannya menaiki seekor bison terbang untuk mengakhiri sebuah perang yang telah berlangsung selama seratus tahun. Dalam satu kalimat majemuk tersebut, tentu saja saya gagal total dalam menggambarkan kegagahan dan keindahan serial ini.Ada banyak tema yang diangkat oleh serial ini: perdamaian, pertemanan, penemuan jati diri, keluarga, cinta, kewajiban, dan budaya. Inilah sebab begitu banyak orang menikmati serial ini. Meskipun ditargetkan untuk anak-anak, cerita ini merupakan santapan yang lengkap untuk keluarga.
2. Dunianya solid
Setting serial ini terdiri dari empat negara: Fire Nation, Water Tribes, Earth Kingdom, dan Air Nomads. Sebagian dari warga negara-negara ini memiliki kemampuan untuk memanipulasi elemen masing-masing.Kelihatannya sederhana, tapi dunianya dikemas dengan sangat baik sehingga bisa menjelma menjadi sebuah keutuhan yang merupakan unsur pivotal dalam kemajuan jalan ceritanya. Dari kemampuan memanipulasi tanah, misalnya, lahir kemampuan untuk memanipulasi logam dan pasir. Dari air ke keringat dan darah.
3. Karakterisasinya kokoh
Bukan hanya para pahlawan yang akan mendapatkan perhatian penuh dari para penikmat serial televisi ini, melainkan juga para villain! Tiap tokoh yang dilahirkan oleh ATLA digambarkan dengan begitu riil, dan tidak jatuh ke dalam klise-klise yang bertebaran di banyak animasi/cerita lainnya. Di sini kamu akan menemukan dirimu bersimpati dengan tokoh yang kamu benci habis-habisan di season sebelumnya. Di sini juga kamu akan merasa kesal dan frustrasi dengan karakter yang kamu dukung dengan total sejak awal cerita. Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko paham betul bahwa tidak ada siapa pun yang hanya memiliki satu dimensi pada kepribadian mereka--bahkan dalam animasi.4. Mampu menggugah emosi
Di awal saya sudah bilang bahwa cerita ini mengangkat banyak tema, dan hal lain yang berhasil dilakukan olehnya adalah meraih perhatian penuh para penonton sehingga mereka betul-betul invested dengan perjalanan para karakter. Penonton akan dibawa tertawa, menangis, menyesal, marah, bingung, dan kehilangan harapan bersama Aang dan kawan-kawannya.5. Memiliki karakter-karakter perempuan yang kuat
Bagaimana biasanya karakter perempuan digambarkan dalam cerita-cerita fiksi, terutama fantasi? Damsel in distress. Mereka tidak berdaya sampai mereka diselamatkan oleh sang pahlawan, yang hampir pasti seorang laki-laki. Tapi tidak begitu di serial ini. Femininitas tidak melulu disandingkan dengan ketidakberdayaan, tapi justru dengan kemampuan melindungi, kekokohan, kekuatan, dan ketegaran. Digambarkan pula macam-macam bentuk femininitas yang tidak seragam.6. Memperlihatkan keterbatasan sebagai kelebihan
Tidak semua orang di dunia ATLA merupakan seorang pengendali elemen. Sokka, misalnya, bukan seorang pengendali air sekalipun dia berasal dari Southern Water Tribe. Suki dan teman-temannya para Kyoshi Warriors juga bukan pengendali tanah. Tapi mereka tetap bisa bersinar lewat kemampuan mereka dalam kombat.Toph Bei Fong, salah satu karakter terbaik di serial animasi, seorang pengendali tanah yang nantinya akan menjadi pengendali logam pertama di dunia, tidak bisa melihat dengan matanya. Kebutaannya ini telah dibawanya sejak lahir, tapi apakah hal itu membatasi dirinya? Oho, tidak sama sekali. Justru karena keterbatasannya ini dia jadi mampu belajar pengendalian tanah dari sumbernya sendiri, dan memanfaatkannya sedemikian rupa sehingga dia memiliki 'penglihatan' yang jauh lebih efektif daripada orang lain.
Terutama bagi penonton yang masih kecil atau remaja, penting untuk memahami bahwa perbedaan bukan sesuatu yang harus dilihat sebagai kekurangan. Perbedaan itu ada dan nyata, tapi juga bisa diterima dan justru menjadi sesuatu yang empowering, kok. Saya rasa adik-adik yang duduk di kursi roda akan senang melihat seorang karakter, Teo, juga sama seperti mereka, dan tetap memiliki andil dalam penghentian perang.
1 orang nyasar
suka banget sama avatar
ReplyDeletevideo sex
Bagaimana menurutmu?