Cokelat, Kopi, Teh, dan Sastra (30 Hari Menulis #4)
Tidak ada yang lebih mengerti saya daripada cokelat dan kata-kata.
Gambar diambil dari akun Instagram Cokotetra |
Dari luar, memang posisi kedai kopi ini agak sulit untuk dideteksi, terutama bagi orang-orang yang belum pernah datang ke sana. Meskipun kamu orang Bandung yang sering bolak-balik Jalan Dago Atas, mungkin kamu belum tentu tahu soal keberadaan kedai ini. Persis di jalan depan kafe ini kamu melesat dengan angkot atau motor dan mobilmu, tidak menyadari apa yang kamu lewatkan.
Cokelat, kopi, teh, dan sastra adalah apa yang dijual oleh kedai imut-imut ini. Ketika kamu berhasil menemukannya (petunjuk: persis di seberang Bappeda setelah Mesjid Darul Hikam) dan melangkahkan kakimu ke dalamnya, kamu akan disambut dengan aroma yang membangkitkan nostalgia. Kamu bukan hanya sedang mengunjungi sebuah warung kopi--kamu sudah pulang.
Tengoklah kiri dan kananmu. Berbahagialah mendapati beberapa rak penuh buku-buku yang asyik bertengger di sana, menemani satu sama lain, menunggu matamu untuk melahap mereka satu persatu. Ada bermacam-macam genre yang ditawarkan: dari Harry Potter hingga Of Mice and Men.
Bartender yang ramah akan mengantarkan buku menu untukmu. Di sana, tertera beberapa jenis minuman yang akan menjadi temanmu selama kamu menikmati alunan kata dari pengarang favoritmu, atau sekadar mengerjakan tugas kuliah. Kamu pecinta kopi? Teh? Cokelat? Tidak perlu khawatir, mereka punya semua itu.
Karena saya bukan penikmat kopi dan tidak banyak tahu soal minuman pada umumnya, saya tidak akan membahas rasa dan nilai mereka di sini. Biarlah kamu datang dan mencoba sendiri. Hanya saja, ini yang bisa saya katakan: jika kamu sedang rindu dengan perasaan dimengerti, wahai pecinta literatur dan kopi, Cokotetra bisa membantu kamu.
0 orang nyasar
Bagaimana menurutmu?