Ascend - Amanda Hocking
Yeah, saya baru aja selesai baca buku ketiga dari trilogi Trylle karya Amanda Hocking, dan saya rasa Ascend adalah penutup trilogi yang paling hebat yang pernah saya baca. Seriously, saya nggak ragu-ragu ngasih buku ini lima bintang. Excellent job, Amanda Hocking. You earned it.
Cover Ascend, buku ketiga trilogi Trylle. |
I suck at writing synopses, so here's what I can tell you about what happens in the book (nggak janji bakal bersih dari spoiler sih tapi I'll try, okay): setelah bener-bener nikah sama Tove dan memiliki support dia (dan teman-temannya yang lain), posisi Wendy sebagai Princess udah jadi lebih kuat, dan dia juga udah semakin siap untuk menggantikan Elora yang bisa pergi kapan saja karena kondisinya yang semakin melemah, meskipun Wendy belum benar-benar percaya diri akan kemampuannya sebagai calon Queen. Di acara pernikahan Wendy, Oren datang selama sekitar 10-15 menit dan mengawali sesuatu yang akan mengubah hidup Wendy bahkan lebih dari sebelumnya. Dari sini, Wendy harus membuat keputusan-keputusan yang terbaik bagi rakyatnya, meskipun berarti dia harus mengorbankan hal lain, seperti cinta. Kepada Finn? Tove? Atau Loki, yang muncul lagi di hadapannya?
Yeah I still suck, but that's about the best I could do. Sorry. :P
Now to the review: saya benar-benar menikmati buku ini, dan sama sekali nggak menyesal menghabiskan satu Sabtu tidak melakukan hal lain yang berarti selain membaca buku ini (saya memang lambat kalo baca, kayaknya, soalnya buku ini termasuk pendek). Saya suka banget sama karakter Wendy, almost as much as I like Katniss Everdeen dari The Hunger Games. Keliatan banget betapa dia udah bertambah dewasa, jauh lebih dewasa dari awal kita baca hidup dia di Switched. Tapi dia nggak bener-bener kehilangan sisi remajanya, dan ada masa-masa di mana dia bertingkah sangat "Bella Swan", but that's okay.
Trilogi ini, selain menceritakan tentang perseteruan bangsa Trylle dan Vittra, juga sarat dengan romance. Yang paling bikin saya satisfied sama serial ini adalah sisi romance-nya. Saya nggak ngerti politik, baik di dunia fantasi maupun di dunia nyata, jadi yang bisa saya nikmatin the most ya cerita cinta Wendy sama tiga cowok super good looking: Finn Holmes si Tracker, Tove Kroner si Markis, dan Loki Staad, Markis dari Vittra. Aduh, saya pengen banget cerita tentang betapa trilogi ini cerita cintanya beda banget sama trilogi lain yang pernah saya baca, tapi kalo saya cerita berarti itu major spoiler yang bakal bikin suprise-nya kacau parah, jadi mendingan baca sendiri aja deh, ya.
Karakter-karakter yang lain, kayak Matt Everly, Maggie Everly (ya ampun dia cuma muncul di buku pertama dong, kasian banget), Willa Strom, Rhys Dahl (saya lumayan kecewa sih di buku ini Rhiannon sama sekali nggak muncul, padahal saya lumayan suka juga sama cewek itu), Garret Kroner, dan ultimately Elora Dahl, juga kerasa sangat nyata. Sayangnya, sama seperti Mockingjay, cerita ini cuma diceritain dari sudut pandang Wendy, jadi ada keterbatasan sama disclosure keseluruhan cerita, apa yang bener-bener terjadi sama semua orang. Yah, nggak apa-apa deh, I'll live with that. Saya sempet pernah baca di mana gitu bahwa Amanda Hocking bakal bikin spin-off dari serial ini, dan saya bener-bener berharap spin-off itu beneran bakal ada dan bakal nyeritain kisah orang-orang yang saya sebut barusan.
Terutama Tove Kroner, karena saya cinta mati sama dia. Maaf Loki Staad, kamu karakter yang paling ganteng dan seksi di otak saya, tapi Tove Kroner is my favorite character in the whole story. You were once, though, so you should be proud of it. :P
Baiklah, dengan berakhirnya cerita ini, saya akan kembali fokus dengan kuliah. Hello, reality. We meet again.
0 orang nyasar
Bagaimana menurutmu?