Konflik: Bagus? Buruk?
Picture taken from boston.com
Hari ini di mata kuliah Organizational Communication, dne belajar tentang konflik dan conflict-management styles. Ternyata cara mengatasi konflik itu macem-macem ya, tergantung kepribadian masing-masing. Ada yang menghindari konflik sama sekali, ada yang nggak mau kalah, ada yang berkompromi, ada yang ngalah, dan ada yang akhirnya nyampe mufakat.
Pertanyaan dne hari ini adalah: apakah konflik itu necessarily sesuatu yang buruk?
Pertama, kita cari tahu dulu yuk penyebab konflik itu apa. Karena subject dne ini Organizational Communication, jadi lingkungan yang lebih kita observe itu lingkungan kerja kantoran ya. Konflik bisa muncul atas dua tipe alasan: 1) alasan emosi, yang berhubungan dengan relationship antar-rekan kerja, atau 2) alasan pekerjaan, misalnya perbedaan pendapat antar-kolega.
Untuk konflik dengan alasan pertama, itu misalnya terjadi antara dua rekan kerja yang mulai berteman. Terus, bener-bener karena hubungan interpersonal mereka dan bukan karena kerjaan, ada sesuatu yang bikin mereka akhirnya berantem. Bisa jadi berantem sayang yang biasa banget di antara temen, atau bisa juga berantem karena perbedaan pendapat. Meskipun berantemnya bukan soal kerjaan, tapi berhubung mereka kerja di tempat yang sama, jadinya konflik kebawa ke kantor deh.
Untuk konflik dengan alasan kedua, suasana yang paling kebayang yang bisa bikin konflik adalah waktu rapat. Misalnya lagi rapat mendiskusikan sesuatu yang penting banget untuk company tempat mereka bekerja, terus ada orang (sebut saja A) yang ngusulin ide baru yang kreatif tapi beresiko besar kalau gagal. Si boss orangnya pesimisan (nggak tahu gimana caranya dia jadi boss deh :P), jadi dia nggak setuju sama ide itu. Tapi A ngotot, dia bilang dengan solusi yang pernah mereka pakai tahun-tahun lalu tuh masalah nggak akan selesai. Eaaa, jadi konflik deh.
Nah, konflik-konflik yang kayak gini tuh kebayangnya beraura negatif nggak sih? Konflik yang pertama, jadi bikin pekerjanya nggak produktif karena suasana nggak enak di kantor gara-gara berantem sama temen sekantor. Konflik yang kedua, jadi bikin rapat molor nggak selesai-selesai karena Mr. A dan si boss nggak kunjung mencapai mufakat. Ih, cape deh! Terus kenapa masih dibahas dne?
Nah. Kebayang nggak, melalui konflik-konflik yang terjadi di antara dua orang, baik karena alasan emosi atau alasan pekerjaan, itu terjadi ketika terdapat perbedaan opini atas suatu issue. Dua pihak yang berantem mengutarakan apa yang mereka pikir tentang issue ini, berarti mereka berbagi cara pikir dan cara pandang mereka terhadap sesuatu yang spesifik itu. Meskipun nggak berbagi hal yang profesional di konflik pertama atau personal di konflik kedua, dua orang yang punya konflik ini sudah berbagi sebagian dari diri mereka. Even though it's really just a fraction of their selves, dne pikir adalah sesuatu yang bagus kalo bisa mengutarakan pendapat masing-masing dan nggak dipendem dalam hati cuma karena nggak pengen ngerusak suasana. Because that's what I do, I keep them in. ._____.
Anyway, yang paling penting dan menarik: setelah konflik terselesaikan, hasilnya bener-bener nggak bisa dibilang negatif. Kalo dua orang yang berantem karena masalah pribadi itu bisa damai dan konfliknya selesai, hasilnya adalah hubungan mereka semakin erat karena sudah pernah memaafkan satu sama lain, yang berarti menerima bahwa meskipun mereka berbeda, ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada perbedaan itu yang bikin mereka tetep temenan. Untuk konflik kedua juga sama, hasil yang dicapai setelah berdebat seru selama rapat adalah solusi yang (hopefully) dapat diterima kedua orang tersebut karena mereka menerima pandangan masing-masing dan mencoba mencari titik temu sehingga mereka akhirnya bisa sepakat. Seru nggak?
Makanya, kalau ada konflik, sebaiknya jangan di-avoid sama sekali. Coba dihadapi head-on, tapi pake kepala, bukan pake tinju. Soalnya kalau berhasil diselesaikan, hasilnya tentu nggak akan mengecewakan. Menurut dne, sih. ;)
Semangat!
1 orang nyasar
Sebelum menghadapi konflik, harus bersiap dulu. ^^
ReplyDeleteBagaimana menurutmu?