Menelantarkan Awal Cerita // NaNoWriMo 2016
Awalnya memang susah bagi saya untuk mulai menulis. Ketika saya membaca hasil tulisan saya pada hari pertama, saya langsung merasa patah semangat karena kualitasnya tidak sesuai dengan kemauan saya.
Hello, November! Never have I been more intimidated by you than this year!— Weaboo Milo (@gitadine) November 1, 2016
Let's do this. pic.twitter.com/3py400v5DP
Tapi kemudian saya menonton beberapa video di Youtube dan membaca artikel-artikel di beberapa blog tentang NaNoWriMo, dan seseorang berkata, "NaNoWriMo bukan soal kualitas... ini soal kuantitas."
Untuk saya, kalimat itu menarik. Selama ini saya selalu percaya bahwa kualitas harus dinomorsatukan. Hanya saja, dalam kasus saya, selama ini saya tidak pernah puas dengan hasil tulisan saya sendiri. Haruskah saya berkutat untuk memperbaiki sedikit tulisan yang sudah ada? Ataukah akan lebih bijak jika saya hajar saja terus, menulis kata demi kata sehingga ceritanya bisa berdiri tegak?
Memutuskan bahwa akan lebih baik untuk membangun dunia karakter-karakter saya dan menceritakan kisah mereka, akhirnya jari-jari saya mulai menari lagi di atas keyboard laptop.
Bingung dengan bagaimana memulai cerita dengan kesan yang saya inginkan, saya telantarkan saja dulu mulanya. Saya langsung bercengkerama dengan adegan yang saya sukai: ketika kedua karakter saya berkencan di toko buku.
Adegan inilah yang sebenarnya membuat saya bersemangat dalam menceritakan kisah kedua remaja SMA ini. Saya kira, karena adegan ini merupakan salah satu adegan kesukaan saya dari seluruh badan cerita yang sudah bermukim di sudut pikiran saya selama berbulan-bulan, tidak begitu sulit bagi saya untuk membawanya ke dunia tertulis.
Memang, kualitas tulisan saya tidak seindah yang saya inginkan. Tetap saja, saya tulis dan tulis dan tulis. Saya ingatkan diri saya, kreativitas adalah sebuah proses. Tidak bijaksana bagi saya sendiri untuk mengharapkan mutu yang sama dengan Maggie Stiefvater, misalnya, dengan jam terbang saya yang masih sangat minim.
Maka, semalam, disemangati oleh secangkir cokelat panas, Troye Sivan, Halsey, suara hujan, dan gambar-gambar yang saya tempel di dinding kamar saya, saya menulis.
Dan saya akan terus menulis, hingga cerita ini selesai.
1 orang nyasar
Semangat terus menulisnya Mbak.
ReplyDeleteSalam kenal :)
Bagaimana menurutmu?