Nostalgia Malam Minggu
Malem
Minggu gini enaknya duduk di depan laptop sambil muter lagu-lagu galau, ngetik
apa aja yang lagi mampir di benak, sambil sedikit-sedikit nyeruput cokelat
panas, ya... Tapi karena di sini adanya cuma Milo dan kebetulan pemanas airnya
lagi rusak, jadi yah... Cokelat panasnya harus rela digantikan dengan Milo yang
diaduk di air dingin deh... #enek?
Anyway.
Orang ini, selain selera humornya, ternyata bakat nulisnya juga bagus. #iri |
Dne baru
selesai baca bukunya Fitri Tropika (yes, Fitrop, yang dne baru tau ternyata
adalah alumni SMA Negeri 5 Bandung) yang judulnya “Kening”, dan terkaget-kaget
dalam artian yang baik ketika dne mendapati bahwa tulisan dia begitu mudah
dinikmati. Meskipun Bahasa Inggris-nya kurang grammatically correct, tulisan
dia tuh kerasa “dia” banget, ngerti nggak? Meskipun ternyata nggak semua
tulisannya bernada humoris seperti personality dia yang ditayangin di TV, tetep
ada feel Fitrop tertebar di seluruh halaman buku itu, termasuk di bagian di mana
dia lagi galau dan patah hati.
Nggak
tau nyambung atau nggak, tapi baca buku ini tuh jadi bikin inget jaman dne SMA,
deh. Dan entah kenapa, dne jadi inget sama satu malem di sebuah pantai bernama
Cipatujah, yang sampai detik ini masih belum ada yang ngalahin sebagai malam
dne yang paling romantis.
Waktu
itu, dne sama temen-temen KKS (Klub Konservasi Sekolah) main ke Tasik dan stay
di rumah sewaan di Pantai Cipatujah selama 2-3 days (dne lupa tepatnya). Di
malam begitu kita sampai, dne diajak gebetan dne waktu itu untuk main ke pantai
(in case you’re reading now, yes, I did “ngeceng” you waktu jaman SMA dulu.
Meskipun kayaknya udah berita basi ya, secara I was so transparent gitu...
Hehehe). Dari sekian banyak orang yang ada di sana, cuma kita berdua yang kabur
ke pantai malam itu.
Sampe di
pantai, yang cuma berjarak literally sekitar 50-an langkah, kita berdua duduk
berdampingan di pasir, dengan kepala menengadah ke atas. Dne lupa kita ngobrol
apa aja waktu itu, yang jelas dne inget, dne seeeneeeng banget malem itu. Dne
inget kita heboh karena ngeliat semacem sinar kelap-kelip di langit yang
keliatan kayak bergerak tapi cukup statik. Kayak gerak, tapi laaaambaaaat
banget. Pesawat? Nggak mungkin, itu terlalu lambat buat ukuran pesawat. Hmmm...
Some sort of menara, then? Nggak juga, terlalu jauh di atas, dan bener-bener
keliatan gerak, meskipun superlambat.
Beberapa temen KKS di lokasi. |
Kita
saling pandang, seolah tahu pikiran satu sama lain. Cuma satu penjelasan yang
masuk akal: Unidentified Flying Object! Kita panik memikirkan bagaimana kita
akan survive kalau-kalau pasukan alien itu menyadari kita yang menyadari mereka
kemudian memutuskan untuk turun ke pantai dan memulai aksi penyerangan.
Eh,
nggak deh, kita paniknya karena tiba-tiba tanpa kita sadarin, sendal-sendal
kita mulai terasa basah-basah dingin nggak ngenakin gitu. Pas kita cek
penyebabnya, ternyata air laut mulai naik! Kita bukannya berdiri dan jalan
seperti orang waras pada umumnya, malah mencoba untuk mundur sambil masih
mempertahankan posisi duduk (eh, kebayang nggak?). Walhasil, kamera digital
Sony warna biru punya Ayah yang waktu itu dne bawa malah keseret-seret... Dan
besoknya nggak nyala, padahal pemandangan di sana indah banget! Lifetime regret
deh.
Tapi
anyway, setelah kita terserang air laut itu (yang mungkin sebenernya some sort
of alien attack yang nggak kita sadari... Who knows?), kita berhasil menemukan
tempat di mana kita masih bisa menikmati pantai tanpa kebasahan. Dne nggak
inget abis itu kita ngobrol apa, tapi dne inget betapa betenya dne ketika temen
kita, ketua KKS angkatan dne di mana dne jadi wakil ketuanya (I will always be
proud of this fact), memutuskan untuk datang dan join kita berdua. Yah, selesai
deh malam romantisnya.
Keren kan? Ini foto sebenernya temen dne yang ambil tapi dne taro di dA hahaha. #curang |
Another
story from my high school jidai adalah, waktu kelas 2 SMA, dne secara impromptu
dan sebelah pihak dinyatakan ikutan kompetisi Mojang-Jajaka dengan partner dne
bernama Billy sebagai perwakilan kelas XI IPA 2. Kejadiannya adalah, seseorang
dari OSIS (dne lupa siapa) dateng ke kelas, terus nanya, “MOKA IPA 2 siapa?”
Temen
sekelas dne (kalo nggak salah sih si Tiar deh) ngeliat sekeliling, dan kayaknya
karena dne adalah cewek yang berdiri paling deket sama dia, dia malah bilang,
“Kamu aja atuh, Git.”
EH!
“Nggak ah, ini kan lagi sibuk,” tolak dne yang waktu itu kayaknya lagi nyapu
(seriously, my memory is baaad). Kita emang lagi beres-beres kelas karena kalo
nggak salah kelas yang paling bersih bakal dapet hadiah gitu deh.
“Ayo
dong, masa IPA 2 nggak ikutan. Kamu sama Billy gih, yang pergi! Billy kan
pinter Bahasa Sunda, kamu pinter Bahasa Inggris...” bujuk Tiar.
Dan
entah gimana ceritanya, dne tiba-tiba udah ada di aula aja bareng Billy (yang
dne panggil “Aang”, karena kita sama-sama suka Avatar: The Last Airbender dan
dia manggil dne dengan sebutan “Katara”). Tanpa persiapan apa-apa, kita
ternyata langsung dipanggil masuk panggung detik itu juga. Dne yang nervous dan
kena stage fright sama panic attack sekalian malah stay di tempat sambil panik
ngeliat sekeliling. Kok nggak ada muka
yang familiar ya? Apa aku mendadak hilang ingatan? Siapapun... Tolong!
Kembalikan aku pada ibuku...
Kayaknya
ada yang manggil-manggil dne deh, karena ketika dne sadar dari lamunan dne yang
buyar, dne ngeliat Billy udah main jalan ke panggung aja. “Aang... Tunggu!”
Forget the graceful walk yang to be expected of seorang mojang Pajajaran deh,
dne malah lari-lari untuk nyusul Billy. Sesampainya di depan juri, dne udah
blank aja. Waktu panitianya lagi milih-milih dalam bahasa apa dne bakal
ditanyain, dne panik dalam hati, berdoa, “Ya Allah please semoga Bahasa Inggris
aja please, please, please... Jangan biarkan dne ditanya-tanyain dalam Bahasa
Sunda, Ya Allah, karena sungguh, dne nggak bakal ngerti satu katapun... Masa
jenengan aja masih suka ketuker sama janggawareng, Ya Allah...”
Karena nggak punya foto berdua Billy, pake gambar ini aja ya (hahaha). |
Dan
ternyata dne ditanyain dalam Bahasa Indonesia. Phew.
Dne lupa
deh dne ditanyain apa, atau Billy ditanyain apa, atau gimana kita berpose
sebagai Mojang-Jajaka, atau gimana kita keluar panggung (but I’m pretty sure
kita nggak inget untuk jalan secara anggun deh, karena as far as we knew, tugas
kita sudah beres!). Yang dne inget adalah melihat peserta Moka kelas
selanjutnya dipanggil. Dengan penuh elegansi, sang mojang dan jajaka berjalan
bergandengan tangan, bahkan langkahnya aja pake disamain gitu. Waktu
ditanya-tanya, mereka menjawab penuh kesiapan dan percaya diri. Bahkan waktu
keluarnya aja kerasa banget kalo mereka ini lagi ikutan kompetisi mojang
jajaka. Bedanya tuh udah 180 derajat deh!
Dan
tentu saja, kita nggak jadi finalis tiga besar, apalagi menang. Temen-temen
sekelas juga nggak ada yang berharap sih, secara kita lebih mentingin kelas
bersih (ironisnya, kita bahkan nggak masuk finalis tiga besar kelas terbersih
deh kalo ga salah). Yah, ya udahlah. Yang penting IPA 2 berpartisipasi, ya.
2 orang nyasar
Hahaha! Nice imagination you had! ^^ Alien invasion, eh? Tapi kalau aku di situ, mungkin aku juga akan berpikiran yang sama.
ReplyDeletehahahahahahaaa. . . . tttuuutttt tttuuutttt. . .
ReplyDeleteBagaimana menurutmu?