Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Saya baru aja
ngehabisin seharian untuk bercinta sama satu novel fenomenal yang dilahirkan
oleh Dee, berjudul Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh--buku pertama dari seri
Supernova. Tadinya saya punya rencana untuk pergi ke Bekasi, atau ketemuan sama
temen SMA saya di Ciwalk, atau pergi nyobain karaoke sendiri di mal yang
relatif deket sama rumah saya--tapi enggak, akhirnya saya malah seharian baca
kumpulan teori fisika dan psikologi yang dijelaskan lewat bentuk sosialisasi
beberapa manusia. Dan saya nggak nyesel sama sekali.
Buku ini luar biasa,
tentunya. Saya telat banget baru memutuskan untuk baca buku yang terbit dua
belas tahun yang lalu ini. Tapi mungkin bagus juga saya baru baca sekarang,
karena segini aja saya udah ngerasa sedikit sakit kepala baca semua muntahan
Ruben yang sangat-sangat scientific, jelas bukan santapan saya sehari-hari
(status saya yang mahasiswi kayaknya cuma itu aja, status, bukannya saya
bener-bener seorang mahasiswi sejati menurut konsep saya sendiri). Baca buku
ini bikin saya kagum. Penyanyi yang mendalami ilmu politik ini ternyata punya
kesadaran yang lebih dari musik dan hubungan internasional, dan berhasil
mewujudkan sebagian dari itu dalam bentuk sebuah novel yang sensasional.
Nggak
bisa berhenti saya memuji Dee dan buku ini. Yang bisa saya rasakan waktu saya
lagi baca buku ini cuma tamparan diri saya sendiri: sebagai mahasiswi psikologi
dan penikmat The Big Bang Theory (hey, that's something!), saya cuma bisa
bangga ketika saya tahu nama-nama yang disebut--Freud, Maslow, Jung--atau teori-teori
seperti teori relativitas atau Schroedinger's Cat. Itu saja, saya cuma
"pernah denger", dan nggak bener-bener berusaha memahami hal-hal yang
"pernah saya denger" itu.
Oke, cukup memuji
buku pertamanya dan mencemooh diri sendiri. Saatnya saya baca buku kedua seri
ini.
0 orang nyasar
Bagaimana menurutmu?