gitadine

Di tulisannya tersebut, Bell menyayangkan stigma negatif yang masih ada di antara masyarakat Amerika Serikat terhadap kesehatan mental. Dia juga mengimbau para pembaca untuk menjadi bagian dari Team Human: tim yang mengedepankan komunikasi antara satu sama lain, tanpa judgment, agar bantuan dapat dicapai dengan lebih mudah bagi yang memerlukan.

Saya rasa, PR kita di Indonesia jauh lebih besar lagi dari itu mengenai hal ini. Stigma negatif di masyarakat jauh lebih parah karena kurangnya informasi dan edukasi mengenai kesehatan mental.

Ketika seseorang mengalami depresi, misalnya, sepertinya tidak jarang dia akan menghadapi judgment satu arah dari orang lain. Dinilai sekadar mencari perhatian, atau malas, atau diberi label "orang se-te-res." Hal itu justru akan mempersulit proses pencarian bantuan, karena bisa jadi dia sendiri percaya bahwa dirinya memang tidak memiliki hak untuk didengarkan, apalagi untuk mencari bantuan profesional. Semua ini bisa saja terjadi hanya karena ketidakmengertian masyarakat awam tentang penyakit mental.

Dalam hal ini, saya melihat sudah ada beberapa gerakan inisiatif yang berjuang untuk menetralisasi stigma, misalnya akun Twitter @GetHappyYuk atau website Madgalene. Saya sangat mendukung usaha mereka, tapi perlu diingat bahwa tidak semua orang dapat dicapai lewat sosial media (bahkan masih banyak orang yang tidak memiliki akses Internet). Maka dari itu, saya pikir penting bagi kita para pengguna Internet dan sosial media untuk mengedukasi diri sendiri DAN orang lain yang tidak memiliki akses terhadap informasi tersebut.

Kesehatan mental, menurut saya, adalah sesuatu yang sangat krusial yang harus diketahui oleh semua aspek masyarakat, bukan hanya mereka yang kuliah di jurusan Psikologi. Mari berjuang untuk menghapus stigma negatif dari masyarakat!

Go, team human!