gitadine

Taken from Google Images

Di rumah dne, orang yang paling sering nangis adalah dne. Di kalangan temen-temen dne, baik yang di Bandung dan yang di Malaysia, orang yang paling sering nangis adalah dne. Di antara sepupu-sepupu dne, orang yang paling sering nangis adalah dne. Kalau ada Cengeng Award, dne bakal jadi juaranya bertahun-tahun secara berturut-turut.

Dne nggak tahu kenapa dne sering banget nangis. Ada sesuatu yang bikin dne gampang banget nangis, tapi dne nggak tahu apa. Satu tema yang paling sering bikin dne nangis adalah perpisahan. Dne nggak tahu apakah ada trigger di masa kecil dne yang bikin dne over-sensitive sama issue ini, atau cuma karena dne adalah orang yang sering meng-exaggerate segala hal, tapi dne paling nggak bisa nahan air mata kalau dne baca/denger/nonton cerita tentang seseorang yang kehilangan seseorang.

It's like I can feel their pain. I can feel my heart breaking inside me, shattering into pieces, crying their lives away.

Scenes kayak waktu Ash harus ngerelain Butterfree (Pokemon), waktu Aang dan kawan-kawan ninggalin Jet yang berbohong sambil berkata, "Aku baik-baik saja" ketika dia tahu dia nggak bakal selamat (Avatar: The Last Airbender), waktu Mr. Crepsley meninggal (The Saga of Darren Shan), waktu Jonah dijemput pulang sama Kim meskipun dia tahu hidup ayahnya nggak berapa lama lagi (The Last Song), dan scene-scene lain. Nggak bisaaa. Air mata dne bakal ngalir deras banget dengan bebasnya.

Gambar diambil dari Tumblr.

Mungkin we can say that I'm an empathetic person. Setiap dne baca/denger/nonton sebuah cerita, dne secara tidak sadar bakal langsung nempatin diri dne di posisi si karakter utama. Dne akan jadi begitu immersed dengan all the emotions kalau dne suka ceritanya, dan dne akan ngerasain semua hal yang dirasain si karakter. Dan somehow, perasaan itu akan jadi overabundant ketika si karakter mengalami perpisahan.

Dan perpisahan adalah sesuatu yang paling dne benci di dunia ini.

(Dramatik banget nggak sih posting malem ini hahaha)