gitadine

Hari Sabtu tanggal 3 Mei 2014 pukul 3:50 AM, saya termenung di depan laptop menahan lapar dan berusaha keras untuk mengantuk, padahal tahu persis bahwa satu-satunya hal yang akan membawa saya ke dunia mimpi adalah kerelaan untuk tidur dan meninggalkan dunia maya.

Di saat-saat seperti inilah saya sering bertanya banyak hal kepada diri sendiri. Topik malam ini adalah: kenapa saya melakukan hal-hal yang saya lakukan?

Mungkin alasannya adalah karena saya takut dilupakan. Sadar bahwa umur manusia di dunia benar-benar singkat, saya tidak ingin keberadaan saya mudah sekali ditiadakan. Saya ingin ada bukti, setelah saya nanti mati, bahwa saya pernah ada, bernapas dan berjalan di muka bumi, membawa perubahan. Sejauh ini mungkin saya belum memberikan percik perubahan yang saya inginkan, tapi dengan pasti saya meyakinkan diri bahwa saya sedang dalam proses menuju ke sana. Dunia, tunggu saya.

Tapi kemudian saya berpikir, sepenting apakah meninggalkan jejak? Menurut saya, itu kembali kepada prioritas masing-masing orang. Sementara saya positif dengan resolusi saya untuk menciptakan bukti hidup saya, mungkin ada orang lain yang sudah merasa tenang dan puas dengan hidup mereka masing-masing tanpa harus mendapatkan pengakuan dari sekitar. Apakah itu salah?

Kawan, dalam hidup, yang bisa menentukan apakah sesuatu itu salah atau tidak, hanyalah diri kita sendiri. Berpikirlah, dan kenalilah sedikit demi sedikit lebih dalam orang yang kita panggil "aku", agar kita mengerti apa yang akan membuat kita bahagia, dan apa yang akan menjauhkan kita dari itu.

Pada 4:00 AM, saya akan menekan tombol "Publish", kemudian berusaha untuk tidur. Selamat malam.

Torch 9800 dne

Betapa sebelnya kalo message kita keliatan udah R tapi nggak ada jawaban yang muncul. Atau D yang selama-lamanya nggak akan berubah jadi R.

Grr.

Yang namanya dewasa itu apa sih?

Udah pernah beberapa kali dibahas kayaknya topik ini, tapi dne masih belum puas. Gara-garanya, dalam kurang dari dua bulan lagi dne akan bertambah usia jadi 20. Duapuluh, lho. Dua kalinya sepuluh, empat kalinya lima. I've gone quite a long way.

Bertahun-tahun yang lalu, waktu dne masih SD/SMP, dne memandang orang-orang yang udah kuliah sebagai orang-orang dewasa yang keren banget karena mereka tau apa yang mereka mau dalam hidup mereka, sedang berusaha menuju ke sana, dengan semangat empat lima. Bayangan itu hancur sudah ketika dne mengalami jadi anak kuliahan dan ternyata dne memang masih belum begitu tau hidup dne ini mau dibawa ke mana. Ada bayangan, tapi tetep, the only one who knows where I'm really going is God alone.

Anyway, ternyata dua bulan menjelang usia 20, my level of maturity nggak setinggi yang dne harapkan. Ada hal-hal yang termasuk dalam kategori childish yang masih sering dne lakukan, karena sifat dne yang nggak mudah dihilangkan. Untungnya, dne nyadar bahwa dne yang sekarang bukanlah seseorang yang dne pandang pantas menyandang gelar 'dewasa' versi mental concept dne, jadi seharusnya mulai sekarang dne harus berusaha untuk mengubah diri dne dari dne yang sekarang jadi who I want to be.

Of course, that's not gonna be easy. Sulit, malah. Tentu saja sebagai manusia biasa dne akan sangat tempted untuk bertingkahlaku kekanak-kanakan, ceroboh, dan nggak kritis. Perlu kemauan dan latihan untuk mengubah diri jadi orang yang calm, teliti, dan kritis. Nggak mungkin dne bakal instantly berubah jadi orang dewasa dalam kurun waktu dua bulan, jadi pelan-pelan saja... Because this kinda thing can't be rushed in the first place.

Dne udah sering ngomong kayak gini, tinggal aplikasinya aja. Apakah omdo? Apakah bener-bener mau berubah? Ayo dne, jangan tong kosong nyari bunyinya (ciee pake peribahasa).

(By the way, no, dne masih belum bisa men-define arti kata 'dewasa' kok. Calm, teliti, dan kritis itu hanya contoh dari sifat-sifat dewasa yang ada di bayangan dne. So don't make that as patokan ya hehe. Dari semua hal yang dne tulis, masih banyak banget hal yang dne sendiri nggak ngerti...)