gitadine

Tapi kok rasanya nggak tahu apa-apa, ya?

... itu sangat-sangat nggak ngenakin banget, demi.

Saya diserang penyakit ini udah sekitar tiga harian, dan belum sembuh! Padahal minum Demacolin kok... (Gak teratur sih tapi kan yang penting minum #beladiri) Kemungkinan karena kurang tidur sih, dan makan emang kurang teratur. Ya udahlah ya.

Dne lagi super sibuk sama yang namanya assignment. Semester ini dne ambil 4 subjects: Critical Thinking, Writing for Media, Research Methods, sama Principles of Interviewing. Tadinya dne mau sekalian ambil Graphic Design, tapi ngeliat result dne term lalu (yang semuanya B, OH GOD WHY) nampaknya dne cukup ambil standar 4 matkul aja deh.

Dne kira semester ini bakal lebih santai dari semester lalu yang dne ambil 5 subjects, tapi oh boy. Oooh boy.



Ada salah satu subject dari 4 subjects yang dne ambil semester ini yang sangat, sangat, sangat menyita waktu dne. Subject ini subject yang sangat penting buat mahasiswa Psychology (dan pasti ketebak ya subject mana yang lagi dne omongin sekarang) and therefore semuanya HARUS ambil subject ini, nggak boleh nggak. Mulai semester ini, though, dosen yang ngajar subject ini bukan lagi dosen favorit dne, melainkan ada satu dosen baru dari negara yang namanya mirip hewan sejenis unggas (kenapa dne main rahasia-rahasiaan di post ini, dne sendiri juga nggak tahu) yang nampaknya bekerja sangat keras untuk mengubah standar kampus dne jadi lebih tinggi.

JAUH lebih tinggi.

Dengan cara yang lebih mirip pemaksaan.

Dne nggak suka cara dia ngerendahin students-nya. Bilang kerjaan kita sampahlah, kita nggak tahu apa-apalah, assume kita baca jurnal Psikologi setiap hari kayak dialah (well, emang mestinya kayak gitu sih, tapi come ooon mahasiswa jaman sekarang yang mana yang masih serajin bapaknya? :P Invalid argument though), dan tugasnya dong bejibun. Kayaknya dia lupa bahwa semester ini kita masih punya 3 (and 4 for some people) subjects lain yang juga ada assignments dan quizzes tersendiri.

Well, wish me luck yah, teman-teman. Sebenernya dne masih pengen cerita banyak (soal betapa stress-nya dne mikirin tugas subject dia setiap hari, soal betapa dne seriously langsung keringet dingin tiap denger nama dosen itu dipanggil (I am not even kidding, this is true story bro), soal betapa dne kangen nulis), tapi dne harus ngelanjutin tugas mematikan itu.
Have a good week, all of you!

Hari ini, ada dosen baru yang ikutan meeting PSYCH Club. Pas kita lagi diskusi kegiatan apa aja yang bakal kita adain di semester ini, beliau ngasih saran yang bener-bener bikin kita bengong dan nggak tahu mesti ngomong apa. Monthly Psychology publication-lah, national scale Psychology conference-lah, pokoknya bener-bener deh ide dia tuh udah jauh lebih gede dari ide-ide kita yang ujung-ujungnya fundraising lagi, visit ke mental institution lagi. Bahkan dia bilang, kalo kita berhasil nyelenggarain hal-hal ini semua, kita bisa jadi pionir di seluruh Malaysia.

Bayangin! Sebuah klub yang dikenal sebagai wadah orang gila untuk makan tomyam (karena di setiap event fundraising kita, kita jual tomyam yang terkenal enak banget), dipercaya untuk jadi pionir di seluruh Malaysia dalam beberapa tahun!

Gimana nggak bikin bengong, kan.

Waktu professor itu ngomongin betapa dia waktu kuliah begitu aktif di Psychology Club-lah, inilah, itulah, sampe-sampe rasanya ada yang nampar pipi dne saking malunya dne kalo mikir betapa bedanya dne sama dia. I mean, the reason dne kuliah adalah karena itu normanya, dan karena tanpa degree, dne mau kerja di mana? The reason dne ambil Psychology adalah karena Ayah sama Bunda juga belajar Psikologi.

Memang, setelah setahun-dua tahun terakhir ini belajar, dne jadi lebih suka Psychology daripada Communication. Still, dne nggak bener-bener nge-direct interest dne itu ke activities yang nambah pengetahuan dne tentang bidang ini. Justru dne kayaknya malah udah lupa sebagian besar teori yang dne pelajarin selama ini. Paling-paling Sigmund Freud lagi, Erik Erikson lagi. Dne malah lebih memilih untuk mengkonsumsi hal-hal yang nggak begitu produktif, kayak anime, dan ngabisin waktu di Internet.

Well at least I pay attention during class ya nggak main game. :P

Beda banget ya kayaknya mental mahasiswa dulu (e.g. Professor Ulas) sama mahasiswa sekarang (e.g. Gita Diani Astari). Kayaknya dulu mah yang namanya mahasiswa itu orang-orang yang bener-bener dedicated to their field of study, passionate, dan mau melakukan apa aja untuk bidang mereka. Sementara dne? Ada assignment aja malah ditunda-tunda ngerjainnya. Aiyoooh mau jadi apa coba generasi kita? Nggak semua orang kayak temen dne, Teoh Chon Giap, ketua AIESEC SEGi Initiative Group yang bener-bener all out untuk AIESEC dan segala proyek-proyek individual dia, padahal kita butuh lebih banyak orang-orang kayak dia.

Jangan yang bisanya omdo kayak blogger yang satu ini, nih. *sigh*

Logo SEGi

Tapi siapa sih yang nggak penasaran pengen ke US, kan? Buat dne, Amerika Serikat itu sebuah negara yang interesting. Kebanyakan pop culture yang beredar sekarang berasal dari sana. AVATAR: THE LAST AIRBENDER berasal dari sana. Dan itu negara punya empat musim, yang berarti: SAAALJUUUU~

Ahem, dan banyak hal lainnya tentang negara itu yang bikin dne tertarik.

Logo UIU

Meskipun program yang dne jalani ini 4+0 yang berarti dne nggak perlu ke Amerika untuk menyelesaikan kuliah, dne tetep bisa ke sana kalau dne mau. Malah, karena CGPA (IPK) dne di atas 3, dne bisa dapet potongan harga setengah dari biaya program. Wah, bagus tuh dne! Kenapa nggak beneran ke sana aja?

Karena bahkan dengan 50% discount untuk satu tahun, ditambah biaya pesawat, imigrasi, dan hal-hal lain, masih lebih mahal daripada biaya dne di Malaysia untuk tiga tahun. Yep, you got that right. Jadi, *poof* hilang sudah harapan dne untuk nyusul beberapa temen dne yang ngabisin senior year di sana. Iri, sih, tapi ya emang belum rejeki sih, ya. Nggak mungkin banget dne bikin Ayah bayar segala ini padahal nggak begitu necessary. Ini aja dne kuliah di Malaysia udah ngerasa bersalah banget, ngerampok hasil kerja Ayah bertahun-tahun. Semoga aja nanti dne nemu beasiswa untuk S2 di sana ya, atau di Jepang. Aamiin!

Jangan khawatir Ayah, anak Ayah ini masih berusaha untuk bikin Ayah bangga kok!

Pas pertama dapet, santai, berpikir "Ooh gini doang mah okelah, kalem". Sedikit demi sedikit due date makin deket, masih santai, sibuk sama kegiatan klub, nontonin TV shows, dengerin lagu. Lama lama deadline makin kerasa hawanya, mulai gelisah, tapi masih sibuk, masih nonton, masih males-malesan...

Terus due date tinggal di depan mata. DOR. Cuma bisa bengong.

Bulan November ini, dne ada banyak banget assignments, group assignments, dan projects yang due. Belum lagi dne gabung di dua klub di kampus: PSYCH Club sama AIESEC.

Yup, dne baru masuk AIESEC! Setelah sekian lama dne tunggu-tunggu, akhirnya kesempatan dne untuk masuk international youth organization ini dateng juga. AIESEC Universiti Malaysia bikin Initiative Group di kampus dne, SEGi University College. Dne sekarang berada di Department of Communication. Entah kenapa, dne semangat banget sama organisasi yang satu ini. Mungkin karena agak kecewa juga sama klub dne yang satunya karena jadi makin beda dari harapan dne yaa... Haha.

Anyway, bulan ini dne hampir mati deh. Karena dne ambil satu extra subject (which makes me ambil 5 subjects semester ini... I know, nothing to complain about kan keliatannya dibandingin mahasiswa Indonesia yang ngambil, what, 9 subjects mungkin), kerjaan dne makin banyak dan dne jadi sedikit kewalahan. Sebenernya bisa aja sih nggak dikebut gini kalo dne bisa melepaskan kebiasaan procrastination yang udah sangat melekat kayaknya di jiwa dne haha (ceile jiwaaa). Kapok kewalahan gini, dne nggak bakal ngambil extra subject next semester. Another reason for that is karena dne tahu dne bakal spend so much time with AIESEC, karena kita udah ada plans untuk bikin several events dari sekarang sampai Februari, so that will take a lot of my time. I'm psyched!

Wish me luck guys! Nggak sabar pengen buru-buru Desember!

Hari ini di mata kuliah Organizational Communication, dne belajar tentang konflik dan conflict-management styles. Ternyata cara mengatasi konflik itu macem-macem ya, tergantung kepribadian masing-masing. Ada yang menghindari konflik sama sekali, ada yang nggak mau kalah, ada yang berkompromi, ada yang ngalah, dan ada yang akhirnya nyampe mufakat.

Pertanyaan dne hari ini adalah: apakah konflik itu necessarily sesuatu yang buruk?

Pertama, kita cari tahu dulu yuk penyebab konflik itu apa. Karena subject dne ini Organizational Communication, jadi lingkungan yang lebih kita observe itu lingkungan kerja kantoran ya. Konflik bisa muncul atas dua tipe alasan: 1) alasan emosi, yang berhubungan dengan relationship antar-rekan kerja, atau 2) alasan pekerjaan, misalnya perbedaan pendapat antar-kolega.

Untuk konflik dengan alasan pertama, itu misalnya terjadi antara dua rekan kerja yang mulai berteman. Terus, bener-bener karena hubungan interpersonal mereka dan bukan karena kerjaan, ada sesuatu yang bikin mereka akhirnya berantem. Bisa jadi berantem sayang yang biasa banget di antara temen, atau bisa juga berantem karena perbedaan pendapat. Meskipun berantemnya bukan soal kerjaan, tapi berhubung mereka kerja di tempat yang sama, jadinya konflik kebawa ke kantor deh.

Untuk konflik dengan alasan kedua, suasana yang paling kebayang yang bisa bikin konflik adalah waktu rapat. Misalnya lagi rapat mendiskusikan sesuatu yang penting banget untuk company tempat mereka bekerja, terus ada orang (sebut saja A) yang ngusulin ide baru yang kreatif tapi beresiko besar kalau gagal. Si boss orangnya pesimisan (nggak tahu gimana caranya dia jadi boss deh :P), jadi dia nggak setuju sama ide itu. Tapi A ngotot, dia bilang dengan solusi yang pernah mereka pakai tahun-tahun lalu tuh masalah nggak akan selesai. Eaaa, jadi konflik deh.

Nah, konflik-konflik yang kayak gini tuh kebayangnya beraura negatif nggak sih? Konflik yang pertama, jadi bikin pekerjanya nggak produktif karena suasana nggak enak di kantor gara-gara berantem sama temen sekantor. Konflik yang kedua, jadi bikin rapat molor nggak selesai-selesai karena Mr. A dan si boss nggak kunjung mencapai mufakat. Ih, cape deh! Terus kenapa masih dibahas dne?

Nah. Kebayang nggak, melalui konflik-konflik yang terjadi di antara dua orang, baik karena alasan emosi atau alasan pekerjaan, itu terjadi ketika terdapat perbedaan opini atas suatu issue. Dua pihak yang berantem mengutarakan apa yang mereka pikir tentang issue ini, berarti mereka berbagi cara pikir dan cara pandang mereka terhadap sesuatu yang spesifik itu. Meskipun nggak berbagi hal yang profesional di konflik pertama atau personal di konflik kedua, dua orang yang punya konflik ini sudah berbagi sebagian dari diri mereka. Even though it's really just a fraction of their selves, dne pikir adalah sesuatu yang bagus kalo bisa mengutarakan pendapat masing-masing dan nggak dipendem dalam hati cuma karena nggak pengen ngerusak suasana. Because that's what I do, I keep them in. ._____.

Anyway, yang paling penting dan menarik: setelah konflik terselesaikan, hasilnya bener-bener nggak bisa dibilang negatif. Kalo dua orang yang berantem karena masalah pribadi itu bisa damai dan konfliknya selesai, hasilnya adalah hubungan mereka semakin erat karena sudah pernah memaafkan satu sama lain, yang berarti menerima bahwa meskipun mereka berbeda, ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada perbedaan itu yang bikin mereka tetep temenan. Untuk konflik kedua juga sama, hasil yang dicapai setelah berdebat seru selama rapat adalah solusi yang (hopefully) dapat diterima kedua orang tersebut karena mereka menerima pandangan masing-masing dan mencoba mencari titik temu sehingga mereka akhirnya bisa sepakat. Seru nggak?

Makanya, kalau ada konflik, sebaiknya jangan di-avoid sama sekali. Coba dihadapi head-on, tapi pake kepala, bukan pake tinju. Soalnya kalau berhasil diselesaikan, hasilnya tentu nggak akan mengecewakan. Menurut dne, sih. ;)

Semangat!

06/06/11 21:26

Nggak tau kenapa tiba-tiba sekarang dne lagi mikirin soal bisa nggak ya dne ngasih cumm laude buat Ayah sama Bunda?

Waktu dne dapet result slip term pertama di kampus, dne kaget dan seneng dapet GPA (atau disebut IP di Indonesia) 3.5. Itu nggak nyangka banget, soalnya dne kira dne bakal fail subject Philosophy. Dne jadi mikir, jangan-jangan kalo dne mimpi lulus dengan cumm laude nggak muluk-muluk banget, lagi. Term berikutnya GPA dne 4.00, yang bikin CGPA (atau IPK) dne jadi 3.75. Dne luar biasa bahagia. Makin yakin kalo dne bisa lulus cumm laude.

Tapi ternyata, term-term dan semester-semester berikutnya, kok makin jarang dne dapet A. Subject Introduction to Computer Applications yang super-gampang-macam-apa-dong aja dne dapet B. Makin jauhlah dne dari cumm laude di bayangan dne. Udah gitu, di Winter Semester 2010 dne dapet C buat Environmental Science. C! Wah, udah down banget rasanya.

Bulan kemaren, dne dateng ke acara wisuda Bunda di UNPAD. Acaranya kereeen banget! Ada acara nyanyiin Indonesia Raya segala, yang sempet bikin dne sedih mengingat hari kelulusan dne nanti yang dinyanyiin mungkin Negaraku atau Star-Spanned Banner. Tapi ya udahlah ya, toh keputusan dne kan dne malah kabur ke Malaysia gara-gara takut OSPEK (hahaha). Anyway, di sana banyak banget yang lulus dengan kehormatan. Duduk di bangku hadirin bareng Ayah (yang malah mainin iPad) bikin dne ngerasa malu kalo dne terus-terusan turun gini nilainya. Dne ngerasa seenggaknya dne harus bisa mempersembahkan cumm laude, meskipun bukan summa atau magna, untuk Ayah sama Bunda dan keluarga dne yang udah ngorbanin banyak banget hal buat dne.

Minggu kemaren, dne dapet result slip dari Spring Semester. Tadinya dne yakin dne bakal dapet bagus, tapi ternyata dne cuma dapet dua A dari empat subjects. Makin bengong dong dne. Ini gimana caranya dne bisa ngasih cumm laude kalo A makin jarang didapet?

Terus dne nepuk jidat sendiri. Tentu saja dne tau gimana caranya: belajar lebih giat dan sungguh-sungguh! Jangan kebanyakan nonton anime, TV show, atau music video yang ngabisin lebih banyak waktu daripada yang dne pake untuk baca. Oh, juga Internetan. Adalah hal yang bagus bahwa di kamar dne jarang banget dapet Internet, kayaknya. Uh kalo dne udah nyambung ke Internet, itu kayak dne nggak ngerti gimana cara nge-disconnect-innya. Plurk, Facebook, Twitter, Tumblr, Hotmail, terus aja diulang-ulang padahal nggak ada update yang bener-bener berarti. Parah.

Makanya dari sekarang dne mau ngingetin diri sendiri terus menerus, ah. Dne ke sini buat belajar lho bukan buat pamer bisa kuliah di luar negeri. Ayah sama Bunda ini maksain diri sendiri banget ngebiayain dne kuliah jauh-jauh di negeri yang segalanya serba mahal. Beneran mau dibales dengan males-malesan? Nggak mungkin, kan. Makanya ayo dne, belajar! Dan jangan cuma bisa ngomong aja ah. Kebiasaan banget dne cuma nulis apa yang dne pikir harus dne lakukan tanpa bener-bener merealisasikannya. Sok araraneh wae da si Adine mah.

Jadi, semangat! Pake mental ganbaru dong kalo ngaku suka budaya Jepang. Saa, ganbarinasai! :)

Dne kangen pake jaket.

Waktu SMA, apalagi pas kelas tiga, ada hari-hari di mana dne bakal udah ada di kelas jam 6 pagi. Percayalah, SMA Negeri 2 Bandung jam 6 pagi itu tidak memiliki cuaca yang dapat ditolerir tanpa jaket atau sweter. Dan meskipun Bandung siang-siang rada-rada anget juga, dne nggak pernah ngerasa aneh pake jaket di angkot, di jalan, di mana aja.

Tapi di Malaysia? Waduh.

Panas gilaaa, dne nggak bisa ngebayangin neraka panasnya kayak gimana. O_O Kayaknya Kota Damansara, Malaysia tuh jauh lebih panas dari Tangerang deh. Atau mungkin sebenernya sama aja cuma karena dne udah lama nggak ke Tangerang jadi lupa, tapi the point is, Malaysia itu panas gila dan pake jaket siang-siang is a no-no.

And I don't like that. :(

Kalo lagi ngerasa kayak gini nih bakal mikir lagi hal-hal kayak, "Ngapainlaaah aku pake gegayaan kuliah di luar negeri segalaaa." Nyesel-nyesel gitu, karena kayaknya kehidupan perkuliahan temen-temen di ITB, UNPAD, UPI dan universitas-universitas lain di Indonesia jauh lebih seru daripada aku di sini. =_= Padahal sebelom pergi aku excited banget pengalaman baru apa aja yang bakal aku dapet dengan kuliah berkilo-kilometer jauhnya dari rumah, ternyata ngek.

Ngek ngek ngek ngek ngek.

Yah tapi ya udahlah ya toh sudah terjadi dan harus bisa menerima konsekuensinya. Sekarang tinggal berusaha sekuat mungkin supaya tidak ada lagi kejadian seorang Gita Diani Astari dapet C, cukup sekali aja! Yosh!

Gitadine ganbattemasu~